Design. Satu hal yang menjadi kemampuan saya selama ini. Boleh dibilang inilah senjata saya. Karena tanpanya, saya mungkin menjadi manusia yang hanya memiliki satu kekurangan yaitu tidak memiliki kelebihan sama sekali untuk saya andalkan. Inilah skill yang saya banggakan dan saya tekuni.
Saya mulai mengenal hal ini mungkin sejak kecil, bahkan sebelum mengenal bangku sekolah saya sudah mengenal skill ini. Bagaimana tidak, sebelum saya mengenal Taman Kanak-Kanak saya sudah berkutat dengan skill ini. Yah meski cita rasa seni nya masih sebatas 'ngawur'. Dulu sekali, saya untuk pertama kali dikenalkan pada komputer. Kami berjabat tangan dan saling mengenalkan nama masing-masing. Ia tampak keren saat itu, mungkin untuk sekarang ia sudah menjadi komputer yang jika ditaksir hanya berharga 20ribuan. Itupun dijualnya pake sistem kilo-an.
Monitornya masih kecil dan hanya mampu bermain dengan dua warna, hitam dan putih. Mungkin itu alesannya kenapa saya sewaktu membuat design selalu didominasi warna hitam dan putih. Kemudian CPU, CPU disini bukan Computer Personal Unit tetapi Central Prosessing Unit. Karena menurut kakak saya waktu itu artinya berbeda, meski saat itu saya ndak mudeng dengan artinya. CPU nya masih merupakan CPU Desktop atau Kakak saya sering menyebutnya Lay CPU, karena CPU nya tiduran diatas meja. Tidak seperti CPU sekarang yang sudah bisa berdiri tegak disamping monitor, CPU dulu tiduran diatas meja dan diatasnya diletakkan monitor.
Saat itu pun CPU belom mampu mengintegrasikan CD, masih menggunakan disket dan itupun disket yang ukurannya sebesar kotak tempat CD. Tambah lagi saat itu ketika saya ingin menyalakan komputer tidak seperti sekarang yang langsung tampil gambar jendela meliuk-liuk dengan warna merah-kuning-ijo-biru(baca: windows). Dulu untuk menyalakannya saja kita harus memasukkan disket startup atau kata gampangnya disket pancingan dan mengetikkan perintah untuk membuka Operating System nya. Bener-bener butuh pengorbanan extra hanya untuk sebongkah hasrat untuk men-Design, sebenernya untuk umur saya saat itu sebutan itu tidak cocok. Lebih cocok kalo hasrat untuk menggambar dan mewarnai.
Saya selalu bercerita bahwa saya mulai men-design di komputer sejak SMP-SMA, karena untuk saya masa-masa itu memang masa dimana saya mulai benar-benar bisa dan paham bagaimana men-design dengan menggunakan komputer. Bahkan sewaktu saya SMA saya diberi amanat untuk menjabat sebagai design layout majalah sekolah, yah meski saat itu saya masih menjadi designer yang melebihi kebodohan seorang amatiran. Design saya benar-benar kacau saat itu, hahaha. Kemudian skill saya ditempa kembali pada saat saya melalui masa kuliah, terlebih saat saya masuk ke organisasi kemahasiswaan HMTIF UAD. Waktu itu benar-benar membuka wawasan saya bahwa dunia seni grafis masih luas dan jauh dari jangkauan saya. Saya masih perlu berusaha lebih keras untuk mampu menggapainya, saya masih belum bisa berharap untuk berjalan beriringan bahkan melebihi dunia tersebut.
Hanya dengan berada dibelakangnya sedekat mungkin sudah mampu memacu saya agar terus berusaha dan lebih kreatif. Pernah orang bilang kepada saya bahwa design-an saya sudah lebih dari cukup. Memang, saya rasa juga begitu namun setelah beberapa kali saya pikirkan bahwa kecukupan itu hanya orang lain yang menilai sedangkan untuk diri saya pribadi masih jauh dari cukup. Saya masih merasa bahwa saya masih jauh tertinggal dari mereka, saya tidak peduli dengan sikap saya yang rakus, tapi ini saya anggap sebagai cambuk untuk saya. Malahan dalam beberapa kasus ada yang berkata bahwa mereka ingin belajar dari saya. Saya hanya tertawa. Saya hanya berkata dalam hati, jika diibaratkan kain maka saya ini adalah kain yang masih berada dalam gulungan. Belum terjamah dan belum ada yang membuktikan kalau saya ini layak untuk dijadikan baju.
Untuk saya, design memiliki 2 konteks bahasan yang penting yaitu skill dan imajinasi yang kreatif. Nah, untuk masalah skill atau kemampuan saya yakin setiap orang pasti mampu secara cepat untuk belajar bahkan mampu lebih cepat belajar dari saya dulu. Sedangkan yang sulit adalah kemampuan seorang disainer yang telah memiliki skill atau kemampuan membuat suatu design untuk mencari atau melahirkan sebuah imajinasi dan ide kreatif ke dalam hasil karyanya. Untuk saat ini, kasus itulah yang sering menjadi dilema para designer amatiran khususnya saya. Alasan itulah yang membuat saya segan untuk menuruti keinginan mereka yang ingin belajar design kepada saya, namun jika ada yang menginginkan bantuan saya dalam membuat design selalu saya terima kecuali saya memang benar-benar tidak ada waktu untuk mengerjakannya.
orang multitalented tidak terbendung oleh keterbatasan... tergantung SDM he..he.. buktine kowe mampu!
ReplyDeleteTeruji dan terbukti desainan ente JOSS gandoSS and STILL.
Tetep semangat :)
Kuliah2 kUlIaH he..he..
@mrth4nks::
ReplyDeleteorang multi talented hanya
terbendung oleh sifat malas, pelupa
dan suka tidur. wkakakaka...
hebaat yaah, bisa design..
ReplyDeletekalo saya nggak punya bakat, malah..
aduh gimana yah...
@mikochin::
ReplyDeleteweleh... weleh...
nona mikochin ini bisa-bisa aja
ceritanya bener-bener seru...
serius, bikin saya inget kalo lagi
jalan-jalan ma kawan lama saya.
oh iya, makasih sudah bersedia
mampir di kontrakan saya yah...
Hmm... jarang nih ada yang mau mengakui skillnya. Mengakui kehebatan sendiri. Salut mas...
ReplyDeleteJangan disimpan sendiri ilmunya mas. Kalo ada yang mau belaja r ke mas ya ajari aja sebisa mas. Agar semua yang mas miliki bisa bermanfaat dan tidak mubadzir.
@wisesasekai::
ReplyDeletewah... wah... ini nyindir
ato muji nih...
kok kayaknya si wisesasekai ini
memposisikan diriku seperti
orang yang sombong yah
di komen nya.... wkakakaka...
but that's truly me, orang yang sombong,
tidak baik hati dan tidak gemar
menabung.... wkakaka.