losted soul
Tuesday, September 25, 2007
Manusia kini berkarat, memecah kebisingan malam hari. Kabut berjalan pelan menyelimuti nafas kehidupannya, pelan tapi menikam. Hidupnya yang kini ia rasa telah lebih baik justru menunggunya dengan tangisan dan ratapan. Dalam hatinya kini berkecamuk sebuah intrik, antara memilih sebuah keyakinan. Kini sendiri bernaung dalam wajah cerianya, percayalah! Hanya jiwanya lah yang tau akan kehancurannya. Sejak 3 tahun ia sudah menjadi onggokan sampah tak berguna dan kini akankah lebih baik…dirasa ‘tidak!’. Kebangkitan yang dulu pernah terjadinya hanyalah awal kehancuran yang lagi-lagi menghimpit nafasnya yang tak terlalu panjang untuk dihirup. Sekarang daun pun tak mampu lagi bernyanyi disampingnya karena dinginnya hidup yang baru ia jalani sekarang. Kenapa saat ia menutup kelopak matanya untuk sepersekian detik saja dan berharap semuanya berubah menjadi lebih baik meski untuk sekejap saja sangat begitu sulit, di raut wajah riangnya tersimpan sebuah kegaluan yang sekarang bisa diibaratkan seperti merapi untuk saat ini. Ia tampak tertawa, namun disisi lainnya ia meringis kesakitan. Ia tampak riang, namun disisi lainnya ia sedang menangis. Ia tampak tegar, namun disisi lainnya ia sedang berdiri dengan kaki yang gemetar. Apakah? Dunia sudah menampakkan kekejaman dalam jiwnya…..akankahkehidupan disekitarnya tau akan kerapuhannya, akan kelemahannya, akan kekurangannya. Tangannya kini pun tak mampu lagi merengkuh setengah hatinya yang selama ini dicarinya, ketakutan yang membuatnya tak berani untuk ulurkan tangannya terlalu panjang. Mungkin sekarang hanya ada hitam dalam keningnya dan kekecutan dalam mulutnya.
No comments :
Post a Comment